Monday, October 31, 2011

Anna and the French Kiss

“I love you as certain dark things are loved, secretly, between the shadow and the soul.” - Anna and the French Kiss


 Jujur saja, ketika teman-teman dari BBI sepakat untuk membaca satu buku romance bersama di bulan ini, saya kelimpungan. Saya tidak punya buku romance yang belum terbaca! Setelah mengubek-ngubek rak buku selama beberapa menit, mata saya menangkap satu judul buku.
"Anna and the French Kiss". Judul ini saat itu seolah dikelilingi lampu-lampu kecil yang bersinar-sinar, seperti tulisan di sebuah pementasan kabaret. *lebay*
Kaver bukunya yang menampilkan seorang model perempuan yang sedang tersenyum manis, hendak meraih tangan seorang pria di sebelahnya yang wajahnya tak nampak, dengan tampilan separuh menara Eiffel sebagai background dan judul yang provokatif membuat saya yakin bahwa ini akan menjadi satu bacaan yang manis. Terlebih lagi, ada banyak sekali review positif dari buku ini yang bertebaran di Goodreads atau blog-blog buku.

Lima sampai sepuluh halaman pertama, saya masih belum mengerti mengapa buku ini mendapat perhatian sedemikian rupa. Plotnya sangat sederhana, tipikal malah:
Anna Oliphant "dikirim" oleh ayahnya ke Paris untuk melanjutkan tahun terakhir SMA-nya di sana; padahal dia sudah punya segudang rencana untuk menghabiskan tahun ini di Atlanta bersama sahabatnya, Bridge, dan pacarnya Toph. Dia sama sekali tidak tertarik akan Paris dan segala keromantisannya, malahan dia takut akan merasa kesepian, kangen rumah, dan tidak punya teman di sana. Dengan segala kekhawatirannya, dia berangkat ke Prancis, tanpa tahu satupun kata dalam Prancis - kecuali Merci - sambil membawa kekesalan besar pada ayahnya.

Tapi segalanya berubah saat dia akhirnya masuk ke SOAP (School of America in Paris) yang didaftarkan Ayahnya, sekolah elit yang dipenuhi beraneka ragam orang di sana. Tak disangka dia dengan mudah berteman dengan Meredith, Rashmi, Josh dan Ettiene St.Clair, cowok Inggris tampan yang diidolakan banyak cewek di sekolahnya.


Akhirnya bisa ditebak, bukan? Anna naksir St.Clair, St.Clair naksir Anna, lalu mereka berciuman di bawah Menara Eiffel. The end.


Plotnya, meskipun simpel, tetap saja tidak sesimpel tulisan asal saya di atas. Meski kisah mereka memang  happy ending - cover semanis ini kalau ceritanya tidak happy ending rasanya keterlaluan - tapi tetap saja, penuh liku. Tapi yang menjadi poin plus buku ini, dan memang inilah alasan mengapa banyak orang menyukainya, adalah: cerita dan karakternya begitu realistis. Tidak ada perpisahan dramatis, atau kematian yang mengharu biru. Semuanya berjalan dengan smooth dan santai, tapi Stephanie dengan apik meramu cerita yang terdengar klise menjadi sesuatu yang tidak membosankan. Tidak ada ledakan emosi yang meluap-luap atau sub-plot yang berlebihan. Rasanya seperti mendengar curhatan teman yang lama tidak dijumpai. Rasanya nyata. 


Karakter-karakternya juga menyenangkan. Tidak seperti karakter novel yang melewati banyak hal seru sampai-sampai kita ingin sekali menjadi temannya di dunia nyata, tapi lebih seperti teman yang ceritanya dibukukan lalu kita baca. Dari semua karakter, tentu saja karakter favorit saya Etienne St.Clair. Perlu tanya lagi yah? Dia pintar, sayang banget sama Mamanya, dan dia BRITISH. Need I say more?


Dan satu lagi aspek penting dari buku ini yang tak boleh ketinggalan dibahas: romance. Sebagai orang yang tidak terlalu suka buku romance, saya sangat puas dengan kadar romance di buku ini. Pas! Tidak lebih, tidak kurang. Sangat realistis, menurut saya. Saya paling suka bagian saling berbalas e-mail di buku ini. Manis sekali :)


All in all, buku ini cocok untuk dibaca ketika sedang suntuk dan ingin membaca buku ringan dan cepat habis, setelah lama membaca buku-buku yang topiknya bikin puyeng, ditemani segelas minuman hangat dan cuaca yang gloomy, supaya bisa semangat lagi!


4/5 stars.

7 comments:

  1. Reviewmu bagus bangeeeeeett >,<
    speak my mind well! dan memang seperti itulah rasanya ketika selesai membaca buku ini. Tidak istimewa, tapi juga tidak tak istimewa. Like this!!

    ReplyDelete
  2. Kikikik.. Young adults banget ceritanya ya? Haduuuhh aku merasa ketuaan nih ndari kalo baca cerita model gini, hehehe.. Nice review btw..

    ReplyDelete
  3. coba ya muka si cewek nggak keliatan di covernya, wahahaha #gakpenting. tetep nggak tertarik baca buku ini setelah membaca reviewmu dan reviewnya ana, kok kayaknya biasa banget ceritanya hehehe

    ReplyDelete
  4. Thanks udah mampir dan meluangkan waktu baca, walaupun aku telat banget dari tenggat waktu :p

    @Kak Ana: Oya? Masa sih? Makasih kak! ^^ Iya, kesimpelan ceritanya justru yang jadi alasan banyak orang yang tertarik baca. Stephanie jenius! Bisa bikin cerita sederhana jadi menarik.

    @Kak Annisa: Banget! Jarang-jarang aku baca buku full romance, dan aku langsung cari YA biar bebas hal-hal aneh.. Haha. Mending kk baca YA drama aja deh ;) thank you :)

    @Kak Sulis: Haha, jangan, justru kalau dikasi fotonya malah bikin imajinasi buyar :p emang biasa banget ceritanya kak, hahaha.. Tapi ga klise kayak teenlit2 kok.

    ReplyDelete
  5. hihihi sempet penasaran kenapa heboh banget buku ini dibahas di blog2 luar, tapi sepertinya not my cup of tea nih..jadi cukup puas deh baca reviewmu dek =D

    ReplyDelete
  6. aiiih, sepertinya dirimu menikmati sekali kesantaian pilihan bacaan kali ini. tapi klo liat covernya, agak kaku menurutku

    ReplyDelete
  7. review-nya keren..meski yg lain juga keren-keren, selalu suka review-nya Ndari deh pokoknya :D *good work*

    umm..soal bukunya *maapkeun* gak bisa berkoar banyak, hehehe.. :D

    ReplyDelete